Aku Wong Jawa: Digitalisasi Manuskrip untuk Jaga Warisan Budaya Bersama Manassa Semarang

Daftar Isi

Penulis: Mukaromatun Nisa


SEMARANG, BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Babad.id kembali selenggarakan program Live Instagram "Aku Wong Jawa" episode 14 dengan tema “Lebih Dekat dengan Warisan Budaya Melalui Digitalisasi Manuskrip” pada Minggu, 2 Maret 2025.

Program live kali ini babad.id berkolaborasi dengan Manassa Semarang, Lembaga Pelestarian Manuskrip atau Naskah Kuno Kuno di Semarnag, Jawa Tengah, melalui akun instagram @babaddotid dan @manassasemarang.

Dari pihak Manassa diwakili bapak Widodo, Ketua Manassa Komisariat Semarang, dan dari babad.id diwakili Mukarromatun Nisa, community manager.

Saat ini Manassa sedang fokus untuk mendigitalisasi manuskrip agar akses terhadap naskah lama lebih mudah, terjangkau, dan efisien.

Baca Juga: Fungsi Kertas Ber-kop dan Rentang Waktu Penggunaannya pada Manuskrip Kuno Keraton Yogyakarta di Era Sri Sultan Hamengkubuana VII 


Manassa dan Digitalisasi Naskah

Manassa, menurut Widodo, berperan dalam mengalihkan naskah-naskah kuno dari bentuk fisik ke digital.

Naskah yang didigitalisasi mencakup berbagai tulisan tangan klasik, baik beraksara Pegon maupun Jawa.

“Tujuan utamanya adalah agar peneliti dan masyarakat luas dapat mengakses naskah tanpa harus datang langsung ke lokasi penyimpanan, tanpa harus uluk salam atau meminta izin dari pemiliknya, dan tanpa harus mengeluarkan banyak biaya,” papar pria yang saat ini berdomisili di Semarang.

Seiring berkembangnya pusat studi naskah seperti Pujangga Perpustakaan Jawa Tengah, digitalisasi semakin penting.

Naskah yang sudah dipublikasikan nantinya bisa dialihaksarakan dan dikaji oleh siapa saja.

Naskah yang didigitalisasi hanya manuskrip atau tulisan tangan berusia lebih dari 50 tahun, mencakup karya pujangga dari abad ke-16 hingga awal abad ke-20.

Baca Juga: Perjalanan Digitalisasi Keraton Yogyakarta yang Sempat Ditentang oleh Para Sesepuh, Kenapa Akhirnya Bisa Luluh? Ini Penjelasan GKR Hayu


Fungsi dan Kegunaan Naskah Kuno

Dari pemaparan Widodo, naskah pada masa lampau memiliki berbagai fungsi, di antaranya:

  1. Babad – Sebagai legitimasi kekuasaan raja dengan tiga ciri utama: keturunan, kelebihan khusus (kesaktian, kebijaksanaan, atau kemampuan lainnya), dan wilayah kekuasaan.
  2. Sastra Piulang – Berisi ajaran moral dan nilai kehidupan masyarakat.
  3. Sastra Suluk – Berkembang di lingkungan pesantren dengan bahasa komunikasi khas.

Digitalisasi juga bertujuan untuk melestarikan naskah yang masih tersimpan di perpustakaan atau di tangan masyarakat umum.

Banyak dari mereka yang menganggap naskah sebagai benda bertuah atau jimat, sehingga upaya pelestarian menjadi tantangan tersendiri.

Baca Juga: Tugas GKR Hayu di dalam dan Luar Keraton Yogyakarta: Orang yang Berperan Besar di Balik Digitalisasi Ndalem


Tantangan dalam Digitalisasi dan Alih Aksara

Naskah kuno seringkali rapuh, ditulis di kertas Eropa yang mudah rusak jika tidak ditangani dengan benar.

Selain itu, keterbatasan pembaca aksara Jawa dan Pegon menjadi kendala tersendiri. Membaca satu halaman naskah beraksara Jawa bisa memakan waktu seharian karena tulisan tangan setiap penulis memiliki karakteristik unik.

Bahasa juga menjadi tantangan dalam alih aksara. Bahasa Jawa terus berkembang, sehingga naskah dari 100 tahun lalu sering kali sulit dipahami.

“Dalam babad, bahasa yang digunakan biasanya sangat halus, berbeda dengan sastra suluk yang lebih komunikatif,” terang Widodo.

Dalam tradisi Jawa, penulis naskah memiliki tingkatan tersendiri:

  • Juru Tulis – Menulis atas perintah atasan.
  • Carik – Memiliki derajat lebih tinggi dan hasil tulisannya lebih berharga.
  • Pujangga – Penulis yang menciptakan karya berdasarkan ilham dan pemahaman mendalam.

Naskah pada abad ke-18 dan 19 banyak ditulis atas permintaan raja, kolonial Belanda, atau pejabat setempat.

Hal ini menunjukkan bahwa penulisan naskah bukan hanya sebagai media dokumentasi, tetapi juga alat propaganda dan legitimasi kekuasaan.

Baca Juga: Mengenal Tepas Tandha Yekti Sebuah Inisiasi Keraton Yogyakarta dalam Menghadapi Digitalisasi Bersama GKR Hayu


Upaya Digitalisasi di 2024-2025

Pada 2024, Manassa Semarang telah mendigitalisasi beberapa naskah koleksi Universitas Semarang dan bekerja sama dengan Perpusda Jawa Tengah untuk menyelamatkan naskah yang ada di masyarakat, khususnya di pondok pesantren.

Beberapa kitab pasalatan dan sejarah lokal juga telah didigitalisasi.

Tahun 2025, Manassa berencana mendigitalisasi:

  1. Karya Mbah Soleh Darat dari Semarang.
  2. Naskah dari Kabupaten Semarang yang baru teridentifikasi.
  3. Naskah Ratu Kalinyamat dari Jepara.
  4. Naskah-naskah di beberapa pesantren.

Setelah digitalisasi, tahapan berikutnya adalah alih aksara, penyuntingan, dan alih bahasa. Proses ini sangat menantang karena ejaan bahasa Jawa masa lampau berbeda dengan ejaan modern.

Baca Juga: Aku Wong Jawa: Ngedan Jadi Kunci Utama Kesuksesan Menjadi Konten Kreator Lokal Versi Yu Rob


Relevansi Naskah Kuno untuk Masa Kini

Naskah lama masih memiliki relevansi dalam kehidupan modern, terutama dalam bidang kesehatan dan ekologi.

Misalnya, pengobatan tradisional Jawa yang lebih murah dibandingkan metode kesehatan modern.

Naskah juga mencatat cara menjaga keseimbangan lingkungan, seperti aturan penebangan pohon dan pemanfaatan sumber daya alam.

Namun, tantangan terbesar dalam kajian filologi adalah minimnya jumlah ahli yang mampu membaca dan mengalihaksarakan naskah.

Dari setiap angkatan mahasiswa Sastra Jawa, hanya segelintir yang benar-benar mampu menjadi filolog.

Padahal, ribuan naskah masih tersimpan di skriptorium seperti di Sonobudoyo, Radyapustaka, dan berbagai keraton di Jawa.

Baca Juga: Aku Wong Jawa: Guntur Nur Puspito Ajarkan Unggah-Ungguh Melalui Tembang dalam Pentas Orchestra Jawa


Kesimpulan

Digitalisasi manuskrip adalah langkah awal untuk menjaga warisan budaya Jawa. Namun, digitalisasi saja tidak cukup.

Perlu upaya lanjutan dalam alih aksara dan penerjemahan agar naskah bisa dimanfaatkan oleh generasi mendatang.

Manassa Semarang terus berupaya mendigitalisasi naskah penting, sehingga nilai-nilai luhur dalam manuskrip Jawa tetap hidup dan relevan di era modern.

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar