Pementasan Wayang Wong 'Lakon Gandamana Luweng' yang Dicelakai Harya Summan, Simak Kisahnya!

Daftar Isi

YOGYAKARTA, BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Pertunjukan Wayang Wong merupakan tari-drama yang menceritakan kisah-kisah wayang Mataram kuno.

Pertunjukan Wayang Wong pertama di Yogyakarta diyakini terjadi pada tahun 1757 dengan lakon Gandawardaya, sebuah Carangan (cabang cerita) dari kisah Mahabharata.

Pada saat ini pola wayang masih digunakan dalam pertunjukan. Tahapannya sempit namun panjang, dan pergerakan pemain mengikuti pola dua dimensi.

Sri Sultan Hamengkubuwana V memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan wayang wong di lingkungan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya. 

Tetapi akibat perkembangan budaya yang pesat dan masuknya era digital, pertunjukan Wayang Wong kurang diminati lagi oleh kaum muda.

Dalam rangka melestarikan seni Wayang Wong, Keraton Yogyakarta menyelenggarakan pertunjukan Wayang Wong di Bangsal Srimanganti. Salah satu cerita yang dibawakan dalam pementasan Wayang Wong adalah "Gandamana Luweng".

Gandamana Luweng adalah pertunjukan boneka tentang seorang ksatria sejati yang selalu membela kebenaran.

Baca Juga: Makna Sangkan Paraning Dumadi dalam Lakon Wayang Dewa Ruci


Mengenal Gandamana Luweng

Dikutip dari artikel Andini Shinta Kurniawati yang berjudul “Wayang Jawa Timuran Lakon Gandamana Luweng (Kajian Struktur dan Makna)”, Gandamana adalah seorang ksatria sejati yang hidupnya penuh dengan liku-liku.

Gandamana senantiasa setia kepada siapa pun, entah itu musuh, saudara, teman atau anggota keluarga. Kejahatan sering kali disamakan dan dikemas dengan indah untuk menyembunyikan sifat aslinya. Namun Gandamana tidak mengenal basa-basi.

Gandamana adalah seseorang yang berani karena ia benar dan takut karena ia salah. Perjuangannya mempertahankan kebenaran ibarat aliran air yang tak terbendung, merusak ketertiban dan harus dihentikan.

Gandamana Luweng merupakan tokoh lakon wayang yang mengisahkan seorang ksatria sejati yang membela kebenaran. 

Gandamana diangkat menjadi Mahapatih dan Duta Besar Luar Biasa oleh Prabu Pandu untuk menjaga hubungan baik dengan negara tetangga. Sayangnya Gandamana disakiti oleh Harya Suman, ipar Prabu Pandu, yang iri dengan kadipaten Gandamana.

Harya Suman menggunakan berbagai cara untuk menggulingkan rezim Gandamana, termasuk mengadakan demonstrasi anti-Pringgondani, menyelundupkan narkoba, dan memperkosa gadis di bawah umur.

Setelah Gandamana ditipu oleh pasukan Pringgondani, Harya Suman memberitahu Prabhu Pandu bahwa Gandhamana telah meninggal. 

Akhirnya, Harya Suman diangkat menjadi Perdana Menteri Hastina menggantikan Gandhamana, tetapi Gandhamana, yang masih dalam keadaan sehat, datang untuk memukulinya.

Baca Juga: Kisah Pengerajin Wayang Suket Semarang yang Lestarikan Seni Rumput Mendong ke Kancah Internasional


Kisah Gandamana dan Harya Suman

Dikutip dari Naskah “Pakeliran Semalam Lakon Gandamana Luweng” karya Dr. Sugeng Nugroho, Harya Suman adalah orang cerdas yang sifatnya pencemburu, iri hati, licik dan kejam. 

Baginya, segala cara untuk mendapatkan status di negara bagian Hastinapur dapat diterima. Gandamana kemudian menipu Prabu Pandu ketika menerima perintah dari untuk menjalankan misi perdamaian sebagai duta besar untuk provinsi Pringgondani.

Skema politik, intrik dan skema Suman secara bertahap mulai dilaksanakan. Suman memerintahkan warga Plasajenar mengadakan demonstrasi anti Pringgodani, menyelundupkan narkoba, menjarah, dan memperkosa gadis di bawah umur.

Harya Suman mengatakan bahwa semua tindakannya atas perintah Gandamana. Bahkan, ia mengubah “Surat Perjanjian Kerjasama Hastina dan Pringgondani” menjadi “Surat Pemutusan Hubungan Diplomatik”.

Surat itu menyatakan bahwa jika Pringgondani tidak tunduk pada kekuasaan Hastina, negaranya akan dibakar. Ketika Gandamana ditipu oleh pasukan Pringgondani, Suman tidak melewatkan kesempatan itu. 

Kepada Prabu Pandu, Suman melaporkan bahwa Gandamana telah tewas di tangan pasukan Pringgondani.

Akhirnya, Suman diangkat menjadi Perdana Menteri Kerajaan Hastina menggantikan Gandhamana. Namun pada akhirnya, takdir berkehendak lain. Gandhamana yang masih kuat dan sehat datang dan memukul Suman hingga tubuhnya terluka.

Semua kejahatan Suman dibongkar oleh Gandamana dan Yamawidura di istana kerajaan Hastina, yang diperintah langsung oleh Pandu.

Dalam persidangan, Gandamana dinyatakan bersalah karena secara pribadi menegakkan hukum, tetapi kemudian dibebaskan dari semua hukuman. Namun, ia dilucuti dari jabatannya sebagai Perdana Menteri. 

Meskipun Suman tetap memegang jabatan Perdana Menteri, ia menghadapi sanksi sosial dari komunitasnya. Dia diberi nama baru “Sengkuni".

Sengkuni adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada orang yang memutarbalikkan fakta, memfitnah, dan menghasut orang lain untuk memperkaya diri sendiri.

Baca Juga: Perjalanan Lakon Senggana Duta Atau Hanoman Saat Selamatkan Dewi Shinta di Kerajaan Alenka, Drama dalam Pentas Wayang Wong di Keraton Yogyakarta


Makna dari Kisah Gandamana Luweng

Berdasarkan cerita di atas, kisah Gandamana Luweng mengandung beberapa pesan tersirat yang dapat dipetik oleh para pembaca. 

Gandamana Luweng merupakan kisah pewayangan yang mengisahkan seorang kesatria sejati bernama Gandamana yang selalu menegakkan kebenaran.

Kisah ini mengandung nilai moral dan edukasi yang dapat dipetik dari setiap adegannya, seperti kerendahan hati, rasa hormat kepada guru, kebijaksanaan, kebaikan, kejujuran dan ketulusan.

Pesan yang dapat dipetik dari kisah Gandamana Luweng adalah bahwa suatu bangsa akan hancur apabila masyarakatnya tidak memiliki rasa moralitas, keberanian, kepahlawanan dan makna hidup yang kuat.

Baca Juga: Wayang Menak: Karya Sastra Persia yang Bertransformasi Menjadi Seni Tradisional Jawa


Kesimpulan

Gandamana adalah seorang ksatria sejati yang hidupnya telah mengalami banyak liku-liku yang tak terduga. Seorang Gandamana akan selalu setia, tidak peduli siapa yang dibunuhnya, entah itu musuh, saudara, teman atau anggota keluarga.

Gandamana adalah seseorang yang berani karena ia benar dan takut karena ia salah. Perjuangannya demi kebenaran ibarat air yang mengalir tiada henti, mengganggu ketertiban dan harus dihentikan.

Gandamana Luweng merupakan lakon wayang yang menceritakan tentang Patih Gandhamana yang dilukai oleh Harya Suman. Karya ini mengandung makna bahwa jika moral masyarakat lemah dan kekuatannya tidak mencukupi, maka negara akan binasa.


Referensi

Kurniawati, A. S. (2018). Wayang Jawa Timuran Lakon Gandamana Luweng (Kajian Struktur Dan Makna)Mudra Jurnal Seni Budaya33(1), 9-16.  

Nugroho, S. (2017). Naskah Pakeliran Semalam Lakon Gandamana Luweng


Penulis: Laila Immatun Nissak, Mahasiswa Pendidikan berdarah Jawa yang menyukai Yogyakarta dan seisinya 

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar